Etimologi
Ada beberapa unsur yang dapat menjelaskan asal kata "caesar".
- Istilah dapat diambil dari kata kerja bahasa Latin caedere yang berarti "membedah". Dengan demikian "bedah caesar" menjadi gaya bahasa retoris.
- Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat tidak memungkinkan karena ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa (bedah caesar tidak mungkin dilakukan pada masa tersebut terkait dengan teknologi yang tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah bertahan sejak abad ke-2 SM.
- Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut perlu dilakukan pada ibu hamil yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang bayi. Hal ini dikenal dengan istilah lex caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul istilah ini.
Jenis
Ada beberapa jenis bedah sesar:
- Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi.
- Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya.
- Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
- Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau bedah sesar Porro.
- Bedah sesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalan bedah sesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya.
Indikasi
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain:
- proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (distosia)
- detak jantung janin melambat (fetal distress)
- adanya kelelahan persalinan
- komplikasi pre-eklampsia
- sang ibu menderita herpes
- putusnya tali pusar
- risiko luka parah pada rahim
- persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
- sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
- kegagalan persalinan dengan induksi
- kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)
- bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
- masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), placental abruption atau placenta accreta)
- kontraksi pada pinggul
- sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
- sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)
- angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid
- CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
- Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
- Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
Risiko
Data statistik dari 1990-an menyebutkan bahwa kurang dari 1 kematian dari 2.500 yang menjalani bedah caesar, dibandingkan dengan 1 dari 10.000 untuk persalinan normal [1]. Akan tetapi angka kematian untuk kedua proses persalinan tersebut terus menurun sekarang ini. Badan kesehatan Britania Raya menyebutkan risiko kematian ibu yang menjalani bedah caesar adalah tiga kali risiko kematian ketika menjalani persalinan normal [2]. Akan tetapi, adalah tidak mungkin untuk membandingkan secara langsung tingkat kematian proses persalinan normal dan proses persalinan dengan bedah caesar karena ibu yang menjalani pembedahan adalah mereka yang memang sudah berisiko dalam kehamilan.
Bayi yang lahir dengan persalinan bedah sesar seringkali mengalami masalah bernafas untuk pertama kalinya. Sering pula sang bayi terpengaruh pengaruh obat bius yang diberikan kepada sang ibu.
Prevalensi
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa angka persalinan dengan bedah sesar adalah sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika Serikat. Kanada pada 2003 memiliki angka 21%.
Berbagai pertimbangan mengemuka akhir-akhir ini mengingat proses bedah sesar yang seringkali dilakukan bukan karena alasan medis. Berbagai kritik pula mengemuka karena bedah sesar yang disebut-sebut lebih menguntungkan rumah sakit atau karena bedah sesar lebih mudah dan lebih singkat waktu prosesnya oleh dokter spesialis kandungan. Kritik lainnya diberikan terhadap mereka yang meminta proser bedah caesar karena tidak ingin mengalami nyeri waktu persalinan normal.
Anastesia
Anestesia
Sang ibu umumnya akan diberikan anastesi lokal (spinal atau epidural), yang memungkinkan sang ibu untuk tetap sadar selama proses pembedahan dan untuk menghindari si bayi dari pembiusan.Pada masa sekarang ini, anastesi umum untuk bedah sesar menjadi semakin jarang dilakukan karena pembiusan lokal lebih menguntungkan bagi sang ibu dan si bayi. Pembiusan umum dilakukan apabila terjadi kasus-kasus berisiko tinggi atau kasus darurat.